26 August 2017

Pengertian Rangkaian Star Delta dan Contohnya



Rangkaian star delta atau bisa juga disebut sebagai rangkaian bintang merupakan rangkaian  sirkuit yang paling banyak digunakan untuk mengoperasikan motor tiga phase. Hal ini tidaklepas dari daya besar yang bisa dihasilkannya. Motor tiga phase memang memerlukan daya awal yang besar untuk bisa digerakkan. Pada rangkaian jenis ini, rangkaian star akan dipakai untuk  menstabilkan. Setelah stabil, rangkaian akan dirubah menjadi delta. Rangkaian ini memiliki banyak timer serta komponen konektor. Timer berfungsi sebagai pengatur waktu berubahnya rangkaian dari star menjadi rangkaian delta. Waktu yang diperlukan sekitar lima hingga sepuluh detik. Selain timer, Anda juga perlu mengetahui komponen lain seperti TOL. TOL sendiri merupakan singkatan dari Termal Over Load Relay. TOL berfungsi untuk memotong rangkaian motor tersebut agar bisa berhenti apabila terjadi kelebihan beban.

Fungsi Rangkaian star delta

Rangkaian star deltajuga memiliki fungsi untuk mengurangi jumlah arus start saat motor tersebut dihidupkan untuk pertama kalinya. Karena fungsi ini juga, star delta banyak umumnya berfungsi sebagai rangkaian pada sistem starting di motor-motor listrik. Lonjakan arus listrik saat melakukan starter dapat dikurangi dengan memakai rangkaian star delta ini. Rangkaian ini memiliki prinsip kerja dengan membuat star awal dengan tegangan kecil. Caranya yaitu dengan menghubungkannya dengan star. Selanjutnya, setelah motor berputar dan arus menurun, timer pun akan melakukan tugasnya yaitu memindahkan secara otomatis rangkaian menjadi delta oleh sebab itu arus yang melalui motor sedikit demi sedikit menjadi penuh. 

Skema Star Delta Yang Memakai Rangkaian Kontrol

Dari skema diatas, dapat diketahui komponen apa saja yang dipakai dalam rangkaian. Untuk menyalakan rangkaian, ada PB ON. Sedangkan untuk mematikan rangkaian, Anda bias menggunakan rangkaianPB1. Prinsip kerja dari rangkaian tersebutcukup mudah yakni dengan menekan tombol PB ON, maka secara otomatis  K1, K3, T1 akan hidup. Nah, ketika tombol K1 otomatis terkunci mengunci maka PO ON dimatikan dan  K1, K3, T1 akan tetap bisa hidup, oleh sebab itu konfigurasi yang demikian disebut dengan konfigurasi star. 

Ketika proses konfigurasi star berjalan, biasanya nilai dari timer yang sudah penuh secara otomatis akan dihitung oleh T1. Tombol T1 No akan hidup setelah K1 telah mencapai targetnya. Lalu jika proses rangkaian berjalan stabil, makaK3 akan mati danK2 akan hidup. Sistem yang seperti inilah yang disebut dengan konfigurasi delta. 

Selain itu box K2 NC dan K3 NC, masing-masing berfungsi untuk interclock. Interclock sendiri merupakan keadaan dimana kedua kotak dapat menginformasikan keadaan konektor star dan delta yangaktif secara bergantian.


PERBAIKAN LED TV LAYAR GELAP YANG MENGALAMI KERUSAKAN

Kerusakan LED TV tanpa foto (layar gelap) padahal suara normal, biasanya dikarenakan oleh tak bermanfaatnya panel LED untuk pencahayaan latar pada layar LCD.
Permasalahan ini tak jarang terjadi pada LED TV sebab pada TV tipe ini pencahayaan latar (back light) didapatkan dari nyala tak sedikit LED yang tersusun dengan cara seri. Ketika ada satu saja LED yang mati, maka seluruh layar tak bakal memperoleh pencahayaan latar jadi foto menjadi tak tampak alias gelap, meskipun dibagian LCD-screen sebetulnya ada terdapat elemen-elemen foto yang terbentuk.
Berikut ini bakal diulas mengenai pembetulan kerusakan tersebut. Sebagai contoh di sini dikemukakan pembetulan TV Samsung model UA32F4000AMXXD. Dalam prakteknya bisa saja untuk LED TV lainnya sebab pada prinsipnya langkah-langkah pengetesan serta perbuatan yang diambil tak jauh tak sama.

Untuk memastikan bahwa kerusakan yang terjadi merupakan pada panel LED, butuh diperbuat langkah sebagai berikut :

Mengecek tegangan DC untuk suplai panel LED.
Pada TV Samsung suplai tegangan untuk panel LED dihasilkan oleh rangkaian “boost-converter” yang menghasilkan tegangan DC kurang lebih 135V.
Boost-converter merupakan suatu  unit power-supply khusus yang menaikkan tegangan DC menjadi lebih tinggi, lihat ulasannya dalam : Boost-converter .

Tegangan 135V dari boost-converter ini diperlukan untuk mensuplai 45 LED yang terangkai dengan cara seri. Mengenai rangkaian LED seri beserta tegangan yang diperlukannya sekilas telah dibahas dalam : Susunan LED seri serta LED paralel .

Tegangan 135V ini bisa diukur langsung melewati dua kaki elektroda elco filter tegangan tersebut, yaitu C9801 (22µF/250V). Pengukuran diperbuat dengan memakai AVO-meter pada posisi DCV250.
Apabila pengukuran tegangan menunjukkan angka kurang lebih 230V maka telah bisa dipastikan bahwa telah terjadi kerusakan pada panel LED, sebab angka sebesar itu merupakan angka tegangan yang dikeluarkan rangkaian buck-converter tanpa terbebani.
Apabila panel LED dalam keadaan normal, ia bakal memberatkan tegangan suplai hingga turun menjadi kurang lebih 135V.
Apabila butuh (supaya lebih yakin) cobalah untuk melepas konektor panel LED, lalu perbuat pengukuran tegangan pada elco filter itu serta catat hasilnya. Seusai itu pasang kembali konektor panel LED ke tempatnya serta perbuat lagi pengukuran tegangan pada elco. Apabila hasil pengukuran sama saja (tetap tinggi) maka berarti panel LED terbukti tak memberatkan tegangan tersebut. Panel LED tak bekerja sebab telah terjadi kerusakan padanya.

Membongkar panel LED.
Sebelum membongkar panel LED, penyanggah TV wajib dilepas terlebih dahulu. Ada berbagai baut yang wajib dibuka di tahap belakang TV.
Berbagai baut untuk penutup/kap tahap belakang juga wajib dibuka.
Seusai itu “kancing-kancing” yang mengait di sepanjang pinggiran layar (dari belakang) dilepas satu-persatu, lumayan direntangkan sedikit ke samping lalu agak ditekan dengan tangan hingga terbuka. Dimulai dari satu tahap kemudian ke satu tahap berikutnya (bertahap) hingga seluruh tahap kancing yang mengait di sekeliling segi pinggir terbuka.
Yang pertama kali bakal terlepas merupakan list/bingkai layar tahap depan. Sebab itu butuh dipastikan sebelumnya, manakah kancing-kancing kaitan yang sewajibnya dibuka terlebih dahulu supaya list ini yang bakal lebih dulu bisa lepas.
Seusai terlepas, keluarkan bingkai layar ke arah depan dengan hati-hati. Jangan hingga kaca tahap pinggir layar LCD yang tipis itu tergores, retak, alias pecah.
Sekali lagi : hati-hati!

Kemudian dilanjutkan dengan membuka kancing-kancing yang mengait pada lapisan berikutnya, diperbuat sebagaimana pada lapisan sebelumnya, satu-persatu dengan cara bertahap.
Apabila semua telah terlepas, angkat tahap besi yang menutup dengan cara perlahan hingga ia cenderung tegak. Apabila agak tersendat, periksalah penyebabnya, jangan dipaksa.
Ketika membuka tahap ini usahakan supaya tahap kaca LCD-screen tak ikut terangkat, namun jangan menekannya ke bawah terlalu kuat.
Apabila telah terbuka bakal terkesan sebagaimana pada foto berikut ini :

Pada foto (A) tampak panel LED yang telah terbuka dengan lapisan lembaran putih yang tetap menempel. Lapisan ini butuh dilepas dengan terlebih dahulu membuka berbagai kancing penetapnya, lalu luar biasanya dengan cara perlahan ke arah luar.
Pada foto (B) tampak deretan-deretan LED (ada 9 LED setiap deretnya) seusai lapisan lembaran putih dilepas. Bulatan-bulatan yang tampak sebetulnya bukanlah LED, namun hanya “pembias cahaya” saja. LED yang sebetulnya ada di bawah pembias-pembias itu.

Setiap LED wajib di-test satu per-satu untuk menemukan LED yang mati. Dimulai dari LED-LED di satu deretan (umpama deretan tertinggi) lalu ke LED-LED di deretan lainnya. Caranya sebagaimana diperlihatkan pada foto (C) berikut ini :

panel led test

Gunakan AVO-meter pada posisi Ohm x1 alias Ohm x10. Pada titik-titik khusus yang terbuka tempatkan kedua tuas tester sebagaimana diperlihatkan pada foto. Pada TV merek lain bisa jadi titik-titik yang terbuka ini tak ada. Untuk yang semacam ini maka tuas tester wajib digesek-gesekkan hingga menembus lapisan putih isolator.
Pada pengetesan 1 LED1 bakal menyala apabila ia tetap baik, serta pada pengetesan 2 LED2 bakal menyala apabila ia tetap baik. Pengetesan diperbuat sesemakinnya di setiap barisan LED.
Apabila ada yang tak menyala, maka itulah LED mati yang sedang dicari. Tandai LED yang mati tadi.

Lalu bagaimana menggantinya?
Lepaskan papan barisan LED di mana terdapat LED yang mati tadi. Bawa papan LED tersebut sebagai contoh ke penjual spare-parts elektronik yang lengkap. Belilah yang persis sama, sebab apabila tak sama tak bakal bisa dipasang pada tempatnya serta pola sambungannya pun bisa jadi tak sama.
Apabila telah didapatkan, pasanglah sebagaimana mestinya.
Bagaimana apabila tak terdapat yang persis sama?
Pembetulan dengan cara “darurat” tetap bisa diperbuat.
Tulisan ini berlanjut ke yang berikutnya, yaitu : Membenahi panel led rusak pada LED-TV .

TRANSISTOR BIPOLAR - PENGENALAN KOMPONEN

Transistor Bipolar 

Transistor merupakan tahap dari semikonduktor dalam part elektronik di mana “transist” arus serta tegangan untuk kemudian berubah bentuk alias besaran-besarannya dalam daya tertentu.  Transistor menjadi komponen aktif yang mutlak di semua rangkaian elektronik.

Transistor umumnya dibangun dari bahan silikon serta sebagian (khususnya transistor-transistor type lama) dibangun dari bahan germanium.  Transistor dalam rangkaian elektronik bermanfaat antara lain sebagai penguat (amplifier), oscillator, converter tegangan DC, loading-driver (pengemudi beban), phase-shifter (perubah fasa), serta lain-lain. 
Transistor bipolar merupakan transistor yang paling tak sedikit serta umum dipakai dalam beberapa rangkaian elektronik. Ada dua tipe transistor bipolar : NPN serta PNP. Transistor bipolar memiliki tiga kaki elektroda : basis (b), emittor (e), serta collector (c).

transistor symbol 1

Pada transistor NPN, kolektor (c) diberi potential positif (+) terhadap emitor (tegangan c-e alias Vce). Contoh : apabila kolektor +6V (dari ground/ 0V), maka tegangan emitor wajib tak lebih dari itu (terhadap ground), dapat 5V, 3V, 1V alias 0V.  Dengan demikian kolektor wajib lebih positif terhadap emitor.
Basis (b) diberi tegangan bias positif serta bakal masih tegangan pada basis ini terhadap emitor (tegangan b-e alias Vbe), yaitu kurang lebih +0,6V pada transistor silikon serta kurang lebih +0,2V pada transistor germanium.

Pada transistor PNP, kolektor diberi potential negatif (-) terhadap emitor.  Basis diberi tegangan bias negatif serta bakal masih tegangan pada basis ini terhadap emitor (Vbe), yaitu kurang lebih -0,6V pada transistor silikon serta kurang lebih -0,2V pada transistor germanium.

Nama-nama type transistor 
Transistor Amerika ditandai dengan angka serta huruf 2N di depannya.  Contoh : 2N3569, 2N3055.
Angka depan (yaitu angka 2) berarti bahwa itu merupakan transistor.  Huruf N berarti “No-heating” (tanpa elemen pemanas) yang berarti bukan tahap dari tabung vakum yang rutin memerlukan elemen pemanas (heater).  Angka-angka selanjutnya merupakan nomor seri type transistor.

Dalam perkembangannya ada pabrik Amerika yang menamakan type transistor produksinya dengan cara tersendiri, tanpa ada huruf di depan serta hanya angka-angka.  Contoh : 40391, 40595, 40998.
Pabrik lainnya menamakan type produksinya dengan penamaan tersendiri juga, contoh : TIP31A, TIP41, SX4058, MJ2955, MJE13007, MPSA42, FCS9012.

Transistor Jepang ditandai dengan inisial 2S...di depannya.  Contoh : 2SA101, 2SB78, 2SC458, 2SD313, 2SK152, 2SJ60.

Angka depan (yaitu angka 2) berarti bahwa itu merupakan transistor.   Huruf S berarti “semiconductor” serta huruf selanjutnya mengfotokan manfaat transistor :
A berarti PNP frekwensi tinggi, B berarti PNP frekwensi rendah, C berarti NPN frekwensi tinggi, D berarti transistor daya NPN, K berarti transistor FET kanal P, serta J berarti transistor FET kanal N.

Angka-angka selanjutnya merupakan nomor seri type transistor.  Dalam praktek nama type transistor Jepang tak jarang disebutkan dengan cara singkat, semacam type 2SA671 disebutkan A671 saja, type 2SB507 disebutkan B507 saja, 2SC458 disebutkan C458, serta sesemakinnya.

Kemudahan dari transistor Jepang merupakan dapat langsung diketahui jenisnya, NPN alias PNP dengan menonton nama type transistor tersebut.

Transistor Eropa ditandai dengan dua huruf di depannya. Contoh : AC128, AD161, BC547, BF121, BD139.

Huruf pertama berarti bahan pembuatannya : A berarti germanium, B berarti silikon.
Huruf kedua berarti manfaatnya : C merupakan transistor umum (general purpose) & frekwensi rendah, D merupakan transistor daya, F merupakan transistor frekwensi tinggi.
Angka-angka selanjutnya merupakan nomor seri type transistor.

Dalam perkembangannya ada penambahan untuk huruf kedua yaitu huruf L, S, serta U, serta huruf ketiga, yaitu huruf Q, R, T, V, W, X, serta Y yang kesemuanya menunjukkan transistor untuk manfaat tertentu yang sudah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya.  Contoh : BCX32, BDX37, BFR87, BFY52, BLX95, BLY90, BSX87A, BU407, BUT11A, BUY70A, BUX16A, serta lain-lain.  Beberapa pabrik Eropa kemudian juga memproduksi transistor-transistor dengan penamaan tersendiri, contoh : NKT10419, DT4643, ZTX314, SE4010, ED1402.

Dari semua nama-nama transistor tersebut (Amerika, Jepang, Eropa) pada masa-masa akhir-akhir tak lagi menunjukkan asal negeri pembuatnya.  Contoh : Transistor 2N3055 juga diproduksi oleh pabrik Jepang Toshiba serta China pun memproduksi juga type transistor ini.  Transistor TIP31, TIP41 tak sedikit diproduksi pabrik Eropa serta Korea pun memproduksi type transistor ini.  Serta pabrik semikonduktor Amerika, RCA serta Texas-Instrument tak sedikit memproduksi type-type transistor Eropa.

Besaran-besaran/parameter dalam karakteristik transistor 
Setiap transistor memiliki karakteristik tersendiri serta dibangun dengan ketentuan-ketentuan tertentu dari pabrik pembuatnya.  Berikut merupakan besaran-besaran yang ada dalam karakteristik setiap transistor :

Pd max. (Power dissipation, maximal) merupakan ketentuan disipasi daya maximal. Daya yang dibebankan terhadap transistor wajib berada di bawah angka ketentuan ini.

fT merupakan batasan frekwensi-guling. Pada frekwensi ini transistor tak lagi bekerja dengan baik (pada rangkaian common-emittor).

VCBO merupakan batas tegangan paling atas kolektor-basis (emitor dalam keadaan terbuka/tidak tersambung).

VCEO merupakan batas tegangan paling atas kolektor-emitor (basis dalam keadaan terbuka)

VEBO merupakan batas tegangan terbalik paling atas basis- emitor (kolektor dalam keadaan terbuka).

Ic merupakan arus kontinyu paling atas yang mengalir pada kolektor.

ICBO merupakan arus bocoran yang mengalir ketika kolektor-basis berada pada tegangan tertentu (emitor dalam keadaan terbuka).

hfe merupakan faktor penguatan arus untuk sinyal AC kecil (pada rangkaian common-emittor).

hFE merupakan faktor penguatan arus DC alias sinyal arus besar (pada rangkaian common-emittor). Kualitas hFE ini berdekatan dengan kualitas hfe, sebabnya tak jarangkali dianggap sama.

Besaran-besaran dalam karakteristik transistor ini dapat diketahui dari data pabrik pembuat transistor, alias dalam buku-buku data transistor.

Susunan kaki-kaki elektroda transistor 
Merupakan menjadi faktor yang sangat penting bagi setiap praktisi elektronik dalam mengenal susunan kaki elektroda transistor, dikarenakan kesalahan dalam meletakkan kaki transistor dapat berdampak tak bermanfaatnya transistor bahkan terancam kerusakan.  Untuk transistor-transistor low-signal alias low-power transistor, ada beberapa pola susunan kaki elektroda :

transistor small 1

Foto (A) untuk semua transistor Jepang semacam A733, A1015, C458, C828, C930, C945, C1815, D741 serta lain-lain.
Foto (B) untuk transistor-transistor Eropa semacam : BC237, BC337, BC547, BC548, BC549, BC556, BC557, BC558, BC559 serta lain-lain.
Foto (C) untuk transistor-transistor Amerika semacam : 2N2222, 2N3904, FCS9011, 9012, 9013, 9014, 9015, 9018, MPS3569, MPS4355, MPSA42, MPSA92 serta lain-lain.

Dan susunan kaki-kaki elektroda yang lain 
Foto (D) untuk semua transistor germanium terdahulu, semacam : A101, B56, AC128, OC65, 2N207, serta lain-lain.
Foto (E) untuk type-type semacam : ED1402, SE4010, serta lain-lain.
Foto (F) untuk type semacam : C5070 alias yang berbentuk fisik sedemikian.
Foto (G) untuk type-type : A1027, C458, C1213 (produksi lama) alias yang berbentuk fisik sedemikian.

Untuk transistor-transistor daya menengah, tak ada perbedaan di antara transistor Amerika, Jepang, alias Eropa 
Foto (H) untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, semacam : A715, C1162, BD139, BD140, MJE13003, serta lain-lain.
Foto (I) untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, semacam : A671, B507, C1061, C2073, D313, BU407, TIP31, TIP41, MJE13007, serta lain-lain.
Untuk transistor-transistor daya besar, tak ada perbedaan di antara transistor Amerika, Jepang, alias Eropa 
Foto (J), (K), (L) di atas untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, semacam : A1105, A1264, B688, C2580, C3181, D718, BU508, TIP2955, TIP3055, serta lain-lain.
Foto (M) di atas untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, semacam : 2N3055, MJ2955, D1080, BU208, serta lain-lain.

PENGUKURAN ARUS DENGAN BENAR

Mengukur Arus DC 

Rata-rata AVO meter yang dipasarkan di pasaran hanya menyediakan fasilitas pengukuran arus DC (tidak untuk pengukuran arus AC), itupun hanya sebatas pengukuran arus DC hingga ratusan miliAmpere saja.  Banyak AVO meter memiliki pengukuran untuk arus DC hanya pada jangkah pengukuran maksimal 0,25A (250 mA).  Sebagian ada yang hingga jangkah pengukuran 0,5A (500 mA).
Dalam prakteknya, kepentingan pengukuran arus DC terbukti jarang sekali ada, apalagi untuk pengukuran arus yang besar hingga bilangan berbagai Ampere.  Tetapi ketika kepentingan pengukuran itu ada, seolah tak dapat berbuat apa-apa sebab perkakas pengukuran tak mendukung faktor itu.
Di sini bakal diulas pengukuran arus DC dengan memakai AVO meter yang umum/biasa untuk pengukuran arus DC kecil ataupun untuk pengukuran arus DC besar dengan tutorial yang paling sederhana.

Sebagaimana juga pada pengukuran-pengukuran tegangan, arus yang hendak diukur diperkirakan terlebih dahulu besarnya, barulah kemudian diadakan pengukuran apabila terbukti berada di dalam jangkauan performa AVO meter.  Arus yang terlalu besar yang di luar jangkauan performa AVO meter bakal merusak AVO meter dengan seketika, alias paling tak bakal memutuskan sikring (fuse) pengaman apabila AVO meter tersebut melengkapinya.  Tetapi tak jarangkali terjadi, apabila suatu  AVO meter telah sempat putus sikringnya, ada pengukuran-pengukuran tertentu yang telah tak dapat seksama lagi.
Sebab itu (disarankan) apabila terbukti tak butuh untuk meperbuat pengukuran arus, sebaiknya tak usah untuk coba-coba sekedar iseng-iseng saja.   Harga AVO meter yang cukup keren tetap terbilang mahal!

Ketika meperbuat pengukuran arus, AVO meter serta “beban” (Load) yang berupa rangkaian alias perangkat elektronik yang hendak diukur konsumsi arusnya, disusun dengan cara seri serta lalu dihubungkan ke sumber arus, yaitu power supply DC alias baterai/accu.


Tanpa AVO meter, “beban” merupakan rangkaian alias perangkat elektronik dengan supply DC yang dipergunakan dengan cara normal, yaitu + (positif) dari beban dihubungkan ke + (positif) dari baterai.  Dengan dipasang AVO meter dengan cara seri dengan beban, arus DC yang dikonsumsi oleh beban pun menjadi terukur (lihat foto A).
Barisan angka pada AVO meter yang bakal dibaca merupakan sama semacam pada pengukuran tegangan (Volt).
Apabila selektor ditaruh pada posisi DCA 25m (maksimal 25mA), maka barisan angka pembacaannya merupakan yang dari 0 hingga 250.  Angka 250 dianggap 25mA, angka 200 dianggap 20mA, angka 150 dianggap 15mA, serta sesemakinnya...
Apabila selektor ditaruh pada posisi DCA 0,25 (maksimal 250mA) maka barisan angka yang dibaca merupakan yang dari 0 hingga 250 dengan cara langsung.

Contoh pengukuran :
Sebuah motor DC kecil hendak diukur konsumsi arusnya.   Selektor dari AVO meter diposisikan pada DCA 0,25. AVO meter kemudian disusun seri dengan motor DC tersebut serta lalu dihubungkan ke baterai.  Motor DC pun berputar serta jarum AVO meter menunjukkan angka 200, maka konsumsi arus dari motor DC tersebut merupakan 200mA.

Untuk pengukuran arus yang besar-besar diperbuat tekhnik lain, yaitu dengan meningkatkankan dengan cara seri suatu  resistor terhadap Load yang hendak diukur konsumsi arusnya (lihat foto B).
Resistor yang ditambahkan wajiblah yang memiliki disipasi daya yang besar (berkisar 25W alias lebih) dengan kualitas antara 0,5 Ohm hingga berbagai Ohm.

Contoh pengukuran :
Sebuah Load yang berupa Solder DC yang biasa dioperasikan dengan memakai baterai/accu mobil 12V hendak diukur konsumsi arusnya, maka disusunlah semacam yang terkesan pada foto di atas.  Resistor yang dipakai merupakan resistor 1 Ohm/35W.
Seusai semua terpasang serta solder dinyalakan, tegangan pada resistor diukur semacam terkesan pada foto dengan AVO meter pada posisi DCV 10.   Jarum menunjukkan hasil pengukuran tegangan yang ada pada resistor merupakan sebesar 3V.
Untuk memperoleh bilangan arusnya, tegangan pada resistor yang sebesar 3V itu tinggal dibagi saja dengan kualitas resistor tersebut.  Ini sebab rumus dasar besaran kelistipsan merupakan :

I = V / R
I = 3V / 1 Ohm = 3A.
Jadi, arus yang ditarik oleh solder DC tersebut merupakan 3 Ampere.